Translate

Minggu, 06 Desember 2009

Puisi Suyadi San

TSUNAMI

Bocah kecil itu sekarang sebatang kara
terlempar di atas puing peradaban
lepas dari pangkuan ibu yang meratap ke syurga pikirannya samsara;
kilas balik damai, ngeri, dan takut
lepas dari popor senjata, mesiu, dan bazoka
berganti gelombang sangkakala menyemai
silih berganti di balik pelupuk matanya

tergambar kampung halaman
yang makmur, dayah dan meunasah
ayah, ibu dan tetangga sekampung
habis ditelan.
Meregang nyawa di dekat kakinya
lalu air matanya membanjir
di antara pipinya yang halus.

Gemuruh ombak berkejar-kejaran
tiba-tiba timbul-tenggelam
menyerigai menanti maut
air setinggi itu
tak mungkin lepas dari pikirannya
derap kaki langit yang menghunjam
tertanam di kalbunya yang berduka
mungkin akan menjadi saksi
bagi anak keturunannya kelak.

Bocah kecil itu kini sebatang kara
tak ada roti apalagi nasi
semua tak disentuhnya
pikirannya samsara
tak mengenal makna suara;
Tsunami, Tsunami!

Medan, 2004



ANAK YANG KEHILANGAN KAWAN

kemarin ada anak-anak yang menangisi nasibnya
karena bapaknya tak mau bekerja
padahal dia butuh obat dan uang santunan
juga sekolah
ketika senja beraut muka
sang anak berharap-harap penuh cemas
menunggu ibu pulang dari kota
karena menjadi babu cucian
tuan kaya ria

“doakan ibu selalu selamat, ya tole!
jangan menangis
nanti mamak belikan raport baru untukmu
jangan menangis
dan jangan minta apa-apa
jagailah adikmu yang suka ingusan
agar kalian nanti besar
tidak seperti bapakmu!”

sang anak tertawa mengerti
dilemparnya bapaknya dengan taplak meja
sang adik menangis semakin jadi
sementara ibu yang dinanti
belum juga pulang dari kota

Medan, 1992-2008


TANGISAN BOCAH

Bocah kecil itu
merengek dan mendamba
beriba dan berharap
cinta kasih seorang ibu

Kasihan kau bocah kecil
Orang yang kaurengek dan kaudamba
Orang yang kau-iba dan kauharap
Melengosi nasibmu

Bocah kecil
akhirnya kaupun tahu
tak ada orang yang mengasihanimu
bocah kecil
kini kau merangkak melatah bumi
mengaisi sisa-sisa hidupmu yang masih panjang
Tapi tangan dan kakimu
Tak kuat menyongsong langit
: tangismu pun meledak sayat

Medan, 1989-2006


BIODATA:
SUYADI SAN, lahir di Medan 29 September 1970. Meraih gelar Sarjana pada Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS IKIP Medan (1997) dan Magister Sains pada Program Studi Antropologi Sosial PPs Universitas Negeri Medan (2008). Tahun 1995 mendirikan Teater GENERASI di Medan. Sebelumnya aktif di Teater Patria dan Teater LKK IKIP Medan.



sumber : Seputar Indonesia, Minggu 20 Juli 2008 rubrik Cerpen & Puisi halaman 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar