Translate

Jumat, 01 Januari 2010

Puisi Suyadi San (Seputar Indonesia, Minggu 27 Desember 2009)

JANGAN KIRIMKAN RESAH


jangan kirimkan resah

pada gerimis senja tadi

pada lompatan-lompatan cuaca

di antara sesayup peradaban sunyi

pada gelegar gigil malam tadi

pada hempasan-hempasan seloka

jangan tikamkan sunyi

pada diri yang menghamba

pada lorong-lorong waktu mendurja

di antara garis langit tak bermahkota

di antara mabuk berahi tak berpelangi

di antara kenduri resah dan malam berpengharapan

jangan kirimkan sunyi

sebab malam ini kita harus berpagut mimpi

jangan tikamkan resah

sebab rindu ini terus berjelaga

menikam sunyi

mendesah kesah

: ah, hampir saja vas bunga itu pecah saat kita dilanda resah.


Percut Sei Tuan, 2008-2009



LUKA


Siapa sangka laut yang beriak itu

tak terdapat ujung pangkalnya

hingga garing pun tak pernah sampai

mendasar-dasarkan lubuk biku yang

tekerlap cahya mentari pagi

Jika hari kian temaram

melihat umat yang tak

pernah berhenti dari rasa rakus

dengan membangun tembok

raksasa

sementara kuman-kuman juga tak

berhenti mengais-ngais

di balik keramahan zaman

Sungguh tak kusangka

bila ternyata jadi begini

kehendak-Nya

(aku diam,

tak bergeming)


Pulo Brayan, 2008-2009


ZAMAN, MERINDUKAN MASA SILAM


kucing kurap di atas delman

menari riang penuh hura

pujikan sukma pada pujaan

terakhir jatuh di bilik suara

nyanyian anak rindukan dendang

tetek sang ibu dalam pangkuan

terbiar saja tak ada teman

rindu dendam terbelam-belam

inilah sajakku di taman usang

tak terpikir sekarang dalam impian

apakah bisa nanti kuncup mekar beriringan

ketahuilah wahai kekasih zaman

rinduku kampung halaman

tak guna awak berharap rembulan

terseokkan kaki di abad modernan

terhempas kandas di tepi jalanan

kenapa Tuhanku menginginkan bintang beraturan

lebih baik aku berbalik ke masa silam


Sekip, 2008-2009


PETAKA


Akankah badai yang berlalu itu

sampai kepada pantainya

ketika anak panah ini

menikam jantungku.

Entah sudah begitu banyak

bidak-bidak ini kitamainkan,

namun aku tak menemukan

satu langkah mengakhiri permainanmu.

Andai petaka ini tiba jua,

akan kukalungkan untukmu

sebagai ajimat apabila negeri ini

tak terselamatkan Nuh.


Sei Kera, 2008-2009



WAYANG-WAYANG

: kpk /2/


Baru saja kemarin elite bangsaku terlibat

permainan yang patut mendebarkan jantung

Langkahnya menderap bak sepatu tentara

yang siap terjun ke medan laga

Aku mendera, di manakah peradaban yang pernah

diajarkan para guru dan waliku

Di sini hanya kulihat fatamorgana yang tidak tahu

ujung pangkalnya

: ah, betapa khusyuknya para penari berakrobat politik,

meniadakan waktu, menghempas lantai berpigura kaca

-- masih saja kulihat tanda-tanda yang suram keniscayaan

atau sesuatu yang tanpa warna tanpa rupa

Sudahlah, kita tiadakan saja angin cuaca hari ini

biar bumi ini terhindari dari wayang-wayang

yang tidak tahu apa sebenarnya terjadi pada bangsa

yang nyaris meniadakan kesaling-mengertian

: di sini aku masih saja menanti kabar dari langit

lazuardi.


Sei Kera, 2008-2009


SUYADI SAN, lahir di Medan 29 September 1970, adalah pimpinan Teater GENERASI Medan dan Ketua Komunitas Musikalisasi Puisi Indonesia (KOMPI) Sumatera Utara. Sejumlah karya puisi, cerpen, esai, dan naskah dramanya dimuat di berbagai media massa।


Sumber : Seputar Indonesia, Minggu 27 Desember 2009 halaman 6