Translate

Selasa, 13 Maret 2012

DANAU ’KUTUKAN”




Tidak berapa lama lagi ada Pesta Danau Toba (PDT) di Parapat, Sumatera Utara. Inikah ikon Sumatera Utara?
Konon, PDT 2011 akan dimeriahkan artis ibukota dan artis lokal, dan berbagai kegiatan pendukung antara lain, seminar budaya, opera batak, tari massal, tari tunggal panaluan, tortor sawan, parade kapal hias, festival gondang, tari daerah.
Lalu, eksebisi olahraga solu bolon, jetski, rally wisata, paralayang, jelajah nusantara (komunitas sepeda), lomba solu dakdanak pardua-dua (SD, SMP), solu marsada sada-mardua dua marjalekat, margala, marhonong, panjat tebing, marching band, catur.
Selain itu, ada juga lomba fotografi Danau Toba, layang-layang, kuliner khas Batak, dan perlombaan esai jurnalistik.
Orang mungkin lupa, Danau Toba l;ahir karena ‘kutukan’. Ya, ‘kutukan’ seorang putri kerajaan yang menjelma jadi ikan. Tak nyana, danau ‘kutukan’ itu merupakan magnet keindahan alam Indonesia belahan Barat.
Diceritakan, hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari bekerja menggarap ladang dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Suatu hari, petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Sesampai di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini.”
Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.
Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku hidup,” teriak ikan itu. Tanpa banyak tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi.
Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik.
Singkat cerita, mereka menikah, hingga dikaruniai seorang anak laki-laki. Anak yang selalu merasa lapar. Hingga melahap habais makanan yang seharusnya untuk ayahnya.
Sang Ayah menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, Ia melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya dan menanyakan makanannya.
“Sudah habis kumakan,” jawab si anak.
Dengan nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tahu diuntung! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!" umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.
Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Di danau itulah pada 27-30 Desember nanti akan diadakan pesta. Jangan sampai kena kutukan ya! ***


Sumber : Harian Mimbar Umum, Sabtu 17 Desember 2011

TAMAN BUDAYA


 
Saya mungkin orang pertama yang memboyong Ir. Gatot Pudjo Nugroho datang secara khusus ke komplek Taman Budaya Sumatera Utara (TBSU) di Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 33 Medan. Disusul bulan Juli 2009 saat peresmian sastramedan.com di pentas terbuka dan pidato budaya akhir tahun 2010 di pelataran parkir TBSU.

Dalam kapasitasnya sebagai Wakil Gubernur Sumatera Utara kala itu, Selasa malam 9 April 2009, Ia berkenan menyaksikan pertunjukan monoplay “Indonesia Undercover #reload for 2” yang dipentaskan Teater GENERASI di gedung utama TBSU.

Sekitar pukul 18.00 WIB ajudan Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Utara menyambangi persiapan kami. Konon, bosnya mau datang untuk mendampingi Wagub. Tidak lama kemudian, giliran ajudan Mas Gatot menelepon saya tentang kehadiran beliau usai salat Magrib di masjid Ulul Albab IAIN.

Persis seusai waktu Magrib, Kadis Pendidikan Bahrumsyah merapat ke gedung utama TBSU. Disusul, rentetan petugas protokoler Kantor Gubernur berdatangan. Termasuk, Kadis Budaya dan Pariwisata Sumatera Utara Nurlisa Ginting. Kepala TBSU, Cut Umi, malah muncul setelah Mas Gatot.

Setengah jam sebelum pertunjukan, Mas Gatot minta ditemani berkeliling komplek TBSU. Wah, waktu 30 menit itu mengubah saya menjadi guide pemimpin Sumatera Utara tersebut. Saya pun membawanya berawal dari musolah, lalu ruang tari, pentas terbuka, galeri seni rupa, ruang pameran, ruang musik, ruang vocal, ruang teater, kantin, dan gedung utama.  Di ruang teater, Mas Gatot berhenti agak lama karena di tempat itulah tempat kami berproses.  

Mengapa dia memboyong Kadis Pendidikan dan Kadis Budpar ketika itu? Katanya, dua instansi itulah yang bertanggung jawab terhadap keberadaan Taman Budaya ini. Dinas Pendidikan diharapkan bisa mengurusi masyarakat budayanya, Dinas Budpar agar mengembangkan program-program kebudayaannya.

Saat bicara pada Dialog Budaya Refleksi Akhir Tahun 2010, ia  menginginkan adanya revitalisasi taman budaya pada 2011. Hal ini terkait instruksi presiden agar seni budaya mendapat perhatian.

“Jika Jakarta memiliki Taman Ismail Marzuki, kita punya TBSU. Hanya saja, gedungnya perlu revitalisasi,” ujarnya kala itu.

Tampaknya, revitalisasi itu kini tengah berjalan. Sebab, mulai Juli 2011, beberapa gedungnya direnovasi. Dimulai dari musholah beserta kamar mandi dan tempat wudlunya, ruang tari, pentas terbuka, ruang pameran, dan ruang teater. Persis, ini seperti napak tilas ketika Ia saya bawa berkeliling komplek TBSU, April 2009.

Konon, tahun 2012 giliran gedung utama akan direnovasi total. Saat ini baru sekitar taman kawasan itu yang direnovasi. Apalagi, tahun depan TBSU akan jadi tuan rumah Pameran dan Pergelaran Seni se Sumatera (PPSS).

Ketua Forum Kepala Taman Budaya se-Indonesia, Helmi Azhari pada pertemuan Kepala Taman Budaya se-Sumatera di Padang, Kamis (24/11), menyampaikan hasil rumusan pertemuan bahwa penyelenggaraan PPSS XV tahun 2012 di TBSU, Medan, dan penyelenggara PPSS XVI tahun 2013 di Taman Budaya Aceh, Banda Aceh.. Begitulah. ***

Sumber : Harian Mimbar Umum, Sabru 10 Desember 2011



Senin, 12 Maret 2012

KALA SUMATERA

 

P
ada 28-30 November barusan, penulis mengikuti Kala Sumatera II di Hotel Wisma Chandra, Tanjungkarang, Lampung. Kala Sumatera II  merupakan program lanjutan Kala Sumatera I yang sukses dilaksanakan Teater Satu Lampung dalam periode 2008/2009.  

Aktivitas program masih meneruskan bentuk-bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan pada Kala Sumatera I, yakni: Diskusi, Lokakarya, Pelatihan, Pergelaran karya, Evaluasi, dan Penerbitan.  Kala Sumatera II  adalah sebuah proyek  pemberdayaan kelompok-kelompok dan seniman teater dan LSM Perempuan di Sumatera yang digagas Teater Satu Lampung bekerjasama dengan  HIVOS, Belanda.
  
Secara umum proyek ini masih sama dengan proyek sebelumnya  yang terdiri atas tiga program utama: Jaringan Teater Sumatera, Panggung Perempuan Sumatera, dan Penerbitan Buku.   Di antara program JTS II 2011/2012 ini, penulis kebetulan mengikuti materi pelatihan riset artistik terhadap teater tradisional bersumber pada legenda. Penggalian/penelitian legenda-legenda rakyat di Sumatera akan menjadi bahan penciptaan karya (pergelaran karya) dengan pendekatan dan tafsir yang baru.

Materi program ini dipilih sebagai “wacana tandingan” bagi lakon-lakon kontemporer yang berkembang di Sumatera yang makin kehilangan isu. Selain itu, sebagai upaya untuk merawat segala sesuatu yang khas, unik, dan membumi dari tradisi dengan sikap yang lebih kritis dan tidak kehilangan kontekstualisasinya dengan zaman kini.

Materi ini juga dapat mengatasi kejenuhan terhadap keterbatasan bahan pertunjukan atau terhadap  lakon-lakon pertunjukan yang telah terlalu sering dimainkan. Riset ini akan berlangsung Desember 2011 hingga Februari 2012 di masing-masing daerah di Sumatera. Namun, peserta akan memresentasekan proposal sietnya pada 28-29 November di Bandarlampung.

Muara dari riset tersebut adalah festival atau pergelaran teater bersumber dari legenda se-Sumatera diberi nama Festoival Legenda se-Sumatera yang berlangsung Maret 2012 di Bandarlampung. Program ini merupakan bentuk pergelaran karya/pementasan, namun lebih memiliki bobot tema dan wacana spesifik berdasarkan penelitian/penggalian terhadap legenda-legenda rakyat di Sumatera. 

Mengapa teater? Pergelaran teater merupakan ajang seniman penggiat teater, untuk lebih termotivasi berkarya dan mengekspresikan kemampuan seni panggung secara profesional. Pergelaran teater dapat menggali berbagai nilai seni dan budaya, terutama seni pentas tradisional, yang akan memperkaya khasanah seni budaya Nusantara, sehingga budaya Nusantara akan menjadi tuan di rumahnya sendiri.

Selain itu, pergelaran teater juga dimaksudkan agar para pelaku seni teater dapat memiliki ruang yang bebas, sehingga dapat memberikan kritik dan saran konstruktif. Para pengambil kebijakan pun diharapkan dapat menerima masukan dari kritik dan saran yang diberikan setiap pergelaran teater.

Apabila hal tersebut dapat dilakukan, pergelaran teater bukan saja membawa misi sosial, ekonomi, dan politik, tetapi akan semakin penting dan strategis dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Oleh karena itu,  di samping berperan untuk menggali nilai-nilai seni budaya yang kita miliki, seni teater juga dapat berperan mendorong terwujudnya pembangunan manusia seutuhnya. 

Begitulah... ***




Sumber : Harian Mimbar Umum, Sabtu 3 Desember 2011

GEMA RAME



 
GEMA Rame, apa pula itu?

Sedikitnya, 200-an siswa Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Kamis (24/11) mengikuti Gema Rame di Balai Bahasa Medan, Jalan Kolam (Ujung) Nomor 7, Medan Estate, Percut Sei Tuan, Deliserdang.

Lapangan bola voli milik instansi Balai Bahasa Medan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang belum pernah dipergunakan sesuai fungsinya itu jadi saksi perhelatan akbar di bidang bahasa dan sastra yang diberi tajuk Gema Rame. Gema Rame tidak lain kependekan dari Gemar Membaca Rajin Menulis.

Konon, menurut Kepala Balai Bahasa Medan Prof. Dr. Amrin Saragih, MA, Gema Rame itu dimaksudkan untuk menumbuhkan minat baca dan menulis di kalangan masyarakat, khususnya pelajar.

Masalah minat baca dan menulis sampai saat ini masih menjadi tema yang cukup aktual. Berbagai pertemuan ilmiah digelar untuk mendongkrak minat tersebut, namun belum memberikan suatu rekomendasi yang tepat bagi perkembangan yang signifikan terhadap minat baca masyarakat,” katanya ketika membuka acara tersebut.

Kita bersepakat, permasalahan yang dirasakan bangsa Indonesia sampai saat ini adalah adanya data berdasarkan temuan penelitian dan pengamatan yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia relatif masih sangat rendah.

Ada beberapa indikator yang menunjukkan masih rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Rendahnya budaya membaca ini juga dirasakan pada pelajar dan mahasiswa. Perpustakaan di sekolah/kampus yang ada jarang dimanfaatkan secara optimal oleh siswa/mahasiswa.

Demikian pula perpustakaan umum yang ada di setiap kota/kabupaten yang tersebar di nusantara ini, pengunjungnya relatif tidak begitu banyak. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya membaca. Sehingga wajar apabila Indeks Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia juga rendah.

Upaya menumbuhkan minat baca atau menulis, bukan tidak dilakukan. Pemerintah melalui lembaga yang relevan telah mencanangkan program minat baca. Hanya saja yang dilakukan oleh pemerintah maupun institusi swasta untuk menumbuhkan minat baca belum optimal.

Agar bangsa Indonesia dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga, tampaknya memang perlu menumbuhkan minat baca sejak dini. Sejak mereka mulai dapat membaca. Dengan menumbuhkan minat baca sejak anak-anak masih dini, diharapkan budaya membaca dan menulis masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan.

Gema Rame yang digelar Balai Bahasa Medan tersebut bertema “Peningkatan Peran Bahasa dan Sastra dalam Pendidikan Karakter Bangsa.” Maka, tujuannya tidak lain  menumbuhkembangkan kecintaan kalangan generasi muda Indonesia terhadap  bahasa dan sastra Indonesia dalam membangun jati diri dan karakter bangsa yang kuat menuju masyarakat mandiri, bermartabat, berdaya saing, kreatif, dan inovatif.

Gema Rame yang konon dilaksanakan serentak pada November 2011 di 30 provinsi di Indonesia ini terdiri atas Lomba Baca Puisi dan Mengarang Siswa SD, Lomba Membaca Wacana Ilmiah dan Menulis Cerita Pendek (Cerpen) Siswa SLTP, serta Lomba Membaca Cerpen dan Menulis Esai Siswa SLTA. Selamat! ***


sumber : Harian Mimbar Umum, Sabtu 26 November 2011