Translate

Senin, 12 Maret 2012

KALA SUMATERA

 

P
ada 28-30 November barusan, penulis mengikuti Kala Sumatera II di Hotel Wisma Chandra, Tanjungkarang, Lampung. Kala Sumatera II  merupakan program lanjutan Kala Sumatera I yang sukses dilaksanakan Teater Satu Lampung dalam periode 2008/2009.  

Aktivitas program masih meneruskan bentuk-bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan pada Kala Sumatera I, yakni: Diskusi, Lokakarya, Pelatihan, Pergelaran karya, Evaluasi, dan Penerbitan.  Kala Sumatera II  adalah sebuah proyek  pemberdayaan kelompok-kelompok dan seniman teater dan LSM Perempuan di Sumatera yang digagas Teater Satu Lampung bekerjasama dengan  HIVOS, Belanda.
  
Secara umum proyek ini masih sama dengan proyek sebelumnya  yang terdiri atas tiga program utama: Jaringan Teater Sumatera, Panggung Perempuan Sumatera, dan Penerbitan Buku.   Di antara program JTS II 2011/2012 ini, penulis kebetulan mengikuti materi pelatihan riset artistik terhadap teater tradisional bersumber pada legenda. Penggalian/penelitian legenda-legenda rakyat di Sumatera akan menjadi bahan penciptaan karya (pergelaran karya) dengan pendekatan dan tafsir yang baru.

Materi program ini dipilih sebagai “wacana tandingan” bagi lakon-lakon kontemporer yang berkembang di Sumatera yang makin kehilangan isu. Selain itu, sebagai upaya untuk merawat segala sesuatu yang khas, unik, dan membumi dari tradisi dengan sikap yang lebih kritis dan tidak kehilangan kontekstualisasinya dengan zaman kini.

Materi ini juga dapat mengatasi kejenuhan terhadap keterbatasan bahan pertunjukan atau terhadap  lakon-lakon pertunjukan yang telah terlalu sering dimainkan. Riset ini akan berlangsung Desember 2011 hingga Februari 2012 di masing-masing daerah di Sumatera. Namun, peserta akan memresentasekan proposal sietnya pada 28-29 November di Bandarlampung.

Muara dari riset tersebut adalah festival atau pergelaran teater bersumber dari legenda se-Sumatera diberi nama Festoival Legenda se-Sumatera yang berlangsung Maret 2012 di Bandarlampung. Program ini merupakan bentuk pergelaran karya/pementasan, namun lebih memiliki bobot tema dan wacana spesifik berdasarkan penelitian/penggalian terhadap legenda-legenda rakyat di Sumatera. 

Mengapa teater? Pergelaran teater merupakan ajang seniman penggiat teater, untuk lebih termotivasi berkarya dan mengekspresikan kemampuan seni panggung secara profesional. Pergelaran teater dapat menggali berbagai nilai seni dan budaya, terutama seni pentas tradisional, yang akan memperkaya khasanah seni budaya Nusantara, sehingga budaya Nusantara akan menjadi tuan di rumahnya sendiri.

Selain itu, pergelaran teater juga dimaksudkan agar para pelaku seni teater dapat memiliki ruang yang bebas, sehingga dapat memberikan kritik dan saran konstruktif. Para pengambil kebijakan pun diharapkan dapat menerima masukan dari kritik dan saran yang diberikan setiap pergelaran teater.

Apabila hal tersebut dapat dilakukan, pergelaran teater bukan saja membawa misi sosial, ekonomi, dan politik, tetapi akan semakin penting dan strategis dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Oleh karena itu,  di samping berperan untuk menggali nilai-nilai seni budaya yang kita miliki, seni teater juga dapat berperan mendorong terwujudnya pembangunan manusia seutuhnya. 

Begitulah... ***




Sumber : Harian Mimbar Umum, Sabtu 3 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar