Translate

Senin, 07 Mei 2012

MORAL, KEMANUSIAAN, MASYARAKAT


Moral
Ada dua tujuan besar karya sastra ditulis orang : hiburan dan pendidikan. Yang dimaksudkan dengan unsur moral atau pengajaran itu ialah tujuan besar karya dihasilkan, yaitu untuk pendidikan. Sememangnyalah semua karya ada mengandung unsur pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan di sini ialah menyampaikan sesuatu pesan atau amanat untuk meningkatkan cara berpikir, menambah pengetahuan, menjadikan seseorang itu lebih peka dan sensitif serta berbudi bahasa. Karya sastra, pada umumnya, menginginkan pembacanya mengambil hikmah atau pelajaran dari karya yang dibacanya, supaya ia dapat meningkatkan moralnya.
Kajian dari sudut moral memang patut diajarkan dan diperkuatkan. Ada berbagai cara pertanyaan itu dibuat, seperti apakah nilai pengajaran yang boleh didapat dari karya tersebut, sebutkan pesan yang hendak disampaikan, dan sebagainya.
Unsur-unsur moral dan pengajaran dalam sastra dapat dilihat dari berbagai cara. Pertama, mengkaji cerita yang dikemukakan pengarang; apa unsur-unsur moral yang hendak disampaikan. Ini dapat kita bicarakan setelah selesai atau tamat membaca sebuah karya sastra, karena unsur moral biasanya tidak dinyatakan oleh  pengarang dengan jelas. Jadi, terpaksa kita sendiri mencari di balik penceritaannya.
Kedua, unsur moral dapat dilihat dari sudut apakah pesan yang hendak disampaikan oleh sang pengarang. Ada kalanya pesan itu adalah moral karya, tetapi harus dipahami tidak semua pesan karya menjadi unsur moral. Begitu juga aspek persoalan dan pemikirannya juga dapat dijadikan unsur moral, karena apa yang hendak diutarakan pengarang ada saatnya mengandung unsur moral. Sama seperti pesan, tidak semua persoalan dan pemikiran dalam karya sastra dapat dikatakan membawa unsur moral.
Ketiga, unsur moral dapat juga dilihat dari tindakan dan sikap para tokoh dan wataknya. Ini terlebih lagi dapat dikaji dari gerakan watak-watak pemeran utamanya. Sikap watak tidak saja memperlihatkan unsur-unsur moral, namun sekaligus juga dapat mengemukakan contoh moral yang baik.
Unsur moral dalam karya sastra ada hubungannya dengan aspek falsafah dan agama, dan ini merupakan suatu kajian di tingkat selanjutnya. Termasuklah unsur-unsur premis  dan ide yang menjadi tulang punggung penciptaan karya yang sering kali bertalian dengan unsur moral. Konsep dan nilai moral itu juga sering berubah. Perubahan ini diakibatkan oleh perkembangan budaya dan pemikiran manusia. Dan moral suatu bangsa tidak pula sama antara satu sama lain.

Kemanusiaan
Aspek manusia atau unsur kemanusiaan juga merupakan suatu bidang penelitian dalam karya sastra, yang harus diteliti dan ditelaah secara komprehensif. Unsur manusia dan kemanusiaan begitu kental dalam sastra, karena sastra mempunyai hubungan langsung dengan manusia. Apalagi, yang menjadi karakteristik utama dan karakter tokoh lainnya, terdiri dari manusia. Begitupun ada juga karya sastra yang menggunakan tokoh  hewan seperti karya-karya sastra lama atau sastra lisan di Indonesia, terutama dongeng.
Sastra dihasilkan manusia, menggambarkan manusia dan situasi kemanusiaan. Yang menjadi pembacanya secara akrab dan langsung adalah juga manusia. Karenanya, unsur-unsur kemanusiaan sangat kaya dalam sastra. Seorang sastrawan dalam proses penciptaannya ingin menggambarkan kehidupan manusia, pemikiran, perasaan, sikap, dan cita-cita manusia. Apapun yang diceritakan oleh para sastrawan mau tidak mau tetap menyangkut soal kemanusiaan. Bahkan, karya sastra yang baik seperti yang ditulis Shakespeare, misalnya dalam Hamlet, menggambarkan manusia dan kemanusiaan dengan cukup bulat dan kuat.
Membicarakan unsur kemanusiaan dan aspek manusia dalam karya sastra, setidaknya ada tiga bagian yang dapat dilakukan. Pertama, melihat atau menganalisis sifat-sifat kemanusiaan yang terwujud dalam karya. Di antaranya, perasaan, kasih sayang, hormat-menghormati, sombong, pemurah, pendendam, dan sebagainya. Yang terpenting ialah bagaimana unsur kemanusiaan itu mempunyai peranan dalam pengembangaan cerita. Dan bagaimana pula cara  sastrawan mengemukakannya.
Kedua, membahas bagian-bagian dalam karya yang berhubungan dengan situasi untuk menonjolkan manusia. Sering juga disebut sebagai pembahasan karya yang menyentuh masalah memanusiakan manusia. Termasuk di dalamnya mengenai kesadaran manusia terhadap kelemahan dan kekuatannya, perasaan gagal ataupun keyakinan diri dan tindakan-tindakan yang masuk akal atau perasaan, dan sebagainya. Di sini tentunya melibatkan kegiatan atau aksi watak, baik berbentuk fisik, mental maupun kejiwaan para tokoh utama.
Ketiga, melihat makna keseluruhan dalam karya kemudian dikaitkan dengan unsur kemanusiaan. Apakah makna yang terkandung dalam cerita memiliki unsur kemanusiaan atau tidak. Kalau ada, apakah ia halus atau ringan. Soalnya, terkadang ada karya sastra yang mengakhiri ceritanya dengan mengemukakan unsur kemanusiaan, seperti adanya unsur pengorbanan, perjuangan, kerelaan, dan  sebagainya.
Dalam hal meninjau unsur kemanusiaan ini, sebenarnya ada pertalian dengan gambaran masyarakat dan aspek moral. Begitu juga ada kaitannya dengan gambaran kejiwaan atau psikologi. Antara satu sama lainnya mempunyai hubungan yang erat. Hanya saja, cara penekanan masing-masing aspek itu yang dapat menentukan unsur mana yang ditegaskan pengarang dalam karyanya.
Biasanya, seorang pengarang berbakat memiliki daya sensitivitas yang tajam dan peka dengan alam sekitarnya, ia akan memasukkan unsur-unsur kemanusiaan dalam karyanya. Unsur kemanusiaan inilah yang akan menjadikan karyanya bermutu atau tidak. Pembaca tentunya juga akan terasa terlibat jika unsur kemanusiaan  ini dijalin dengan sebaiknya.

Kemasyarakatan
Setiap karya tidak lahir dalam keadaan hampa atau kekosongan sosial. Karya sastra adalah ekspresi masyarakat. Dan sebuah karya itu dapat menggambarkan situasi atau pergolakan masyarakat. Pendek kata, karya sastra dapat dijadikan bahan untuk mengetahui seluk-beluk dan gambaran masyarakat. Singkatnya, dalam karya sastra terdapat berbagai nilai sosial; malah ada yang menyatakan sebuah karya sastra tidak akan menjadi besar atau agung jika ia tidak berhasil mengungkap masalah masyarakat dan hal ihwal manusia yang berhubungan dengan masyarakat tersebut.
Pendekatan yang mengkaji hubungan masyarakat dalam karya disebut sosiologi atau ukuran-ukuran kemasyarakatan. Dengan menggunakan pendekatan ini, kita lebih memahami karya itu. Bahkan, ahli sosiologi dapat mengkaji bukan saja mengenai keadaan masyarakat yang diceritakan pengarang, tetapi juga membina berbagai teori kemasyarakatan. Karenanya, karya  sastra tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
Pendekatan kemasyarakatan mempunyai beberapa aspek yang hendak dikaji. Pertama, mengkaji diri pengarangnya sendiri. Dengan mengkaji latar belakang pengarang, pendidikannya, sosialisasinya, dan sebagainya, kita dapat lebih memahami karyanya. Ini sebenarnya ada kaitannya dengan apa yang sering disebutkan bahwa  setiap yang ditulis pengarang selalu memiliki kaitan dengan dirinya, pengalaman ataupun imajinasinya. Diri pengarang ada hubungan dengan karyanya. Malah terkadang apa yang ditulis merupakan cerita fakta mengenai diri sang pengarang, namun tentunya mendapat beberapa tambahan guna mendramatisasikan keadaan.
Kedua, pendekatan ini melihat atau menguraikan gambaran masyarakat yang ditulis di dalam karya sastra. Setiap karya sastra apapun mau tak mau atau sedikit banyak akan menyentuh seluk-beluk masyarakat; maka pendekatan ini menguraikan bentuk, sifat, dan ciri-ciri kemasyarakatan yang terdapat dalam karya.
Dengan adanya uraian ini, kita dapat memahami situasi masyarakat yang diceritakan. Para pembaca juga dapat mendapatkan pengajaran dan teladan dari peristiwa yang diceritakan, seperti nilai-nilai pertentangan kelas dan kedudukan sosial masyarakat tersebut. Ini tidak hanya memahami masyarakat yang ada di dalam karya, tetapi sekaligus memahami bentuk masyarakat si pengarang.
Ketiga, membahas fungsi dan pengaruh hasil karya. Sebuah karya, pengarang, aliran dan kesusastraan keseluruhan, mempunyai tugas dan pengaruh yang besar terhadap masyarakat, bangsa, dan negara. Karya sastra dapat memberi sumbangan ke arah membukakan mata masyarakat yang buta, memberikan bimbingan, dan sebagainya.
Pengaruh ini termasuk juga melihat kesan yang diberikan sesuatu bentuk, aliran, atau angkatan penulis. Pengaruh institusi juga memberikan kesan timbal-balik kepada perkembangan kesusastraan. Artinya, di antara masyarakat dan karya tidak saja mempunyai hubungan dan pengaruh, tetapi juga menyatu dan lekat antara satu dengan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar