Translate

Rabu, 26 November 2008

Di Tanah Pilih Kupilin Aliansi Katakata



^
entah, sudah langkah keberapa bidak-bidak ini kitamainkan,
tak juga ada yang menurut. tapi rekam jejak kaki-kakimu
membuncah di telagaku. aku pun mengurai sunyi demi senyi,
menuruti gebalau aliran darah. kudekap rindumu. berkali-kali.
berkali-kali. ”sabar, tahanlah kerinduan merindang,” katamu.
dan jalan ini pun makin saja berkelok-kelok sunyi,
terantuk-rantuk pedal pedati, membenam-benamkan kemudi
di antara bongkahan-bongkahan kayu yang dihela ke kota.

^
kulihat kotamu terbalut mimpi, padahal rinduku berbakul-bakul
sempat tertanak kabar di tanah pilih dan berbingkai puisi,
mengarak merpati berbulu emas menjulang lazuardi
: ah! tidak ada merpati. tidak ada. tidak. cuma puisi. cuma.
”boleh mendung, tapi jangan sampai hujan.
dan, jangan pula pernah merasa sepi!” hardikku.
Ohoi! detak kotamu pun mendebarkan hati, riak batanghari
menyerak-nyerak puisi terpanggang matahari
”di dalam kata ada kotakota, swara, dan cinta,” katamu. aha!
malam pun merekam genangan kenangan, kata berdoa buat kita
di penjuru kota, tapi aku tak bisa bebas dari penjara makna.
Ia menjadi penguasa hingga aku terdampar di negeri
pucuk jambi sembilan lurah ini.

^
dimas! hujan menjebakku di batanghari, padahal baru saja
kusaksikan serpihan-serpihan candi, menggelontorkan
jejakjejak masa purba. tapi di buritan ketek omo tak ada
penghalang hujan. tak ada terpal, lelehannya menggerayangi
sekujur kulitku. tolong hentikan hujan!alahai, hujan ini
mengajakku bernyanyi bersama bibir batanghari di antara
dawaidawai senja sebagai pelengkap harihari bersamamu.
ya, dan memang aku pun terdampar di langit senjamu,
di bawah deraian pedati kecemasan. nyanyian gerimis itu
membawa ke bibir mihrab menyatu dengan kidung kalam Ilaihi.
gigil aku karenanya. Oh! Lantunan ayatayat itu mengajakku
masuk ke pintunya, membuka kehangatan altar permadani
dan mendekapku lewat puisipuisi nafas surgawi.

^
entahlah, rekam jejak kaki-kakimu telah membuncah di telagaku.
mengulum sunyi demi senyi, menuruti gebalau aliran darah.
kudekap rindumu, berkali-kali. berkali-kali.
dan senarai batanghari di tanah pilih telah memilin sejumlah ilusi,
apalagi kita telah membangun aliansi katakata di antara geriap waktu.


jambi, 2008