P
|
ada 28-30 November barusan, penulis mengikuti Kala Sumatera II di Hotel
Wisma Chandra, Tanjungkarang, Lampung. Kala Sumatera II merupakan program lanjutan Kala Sumatera I yang sukses dilaksanakan Teater Satu Lampung
dalam periode 2008/2009.
Aktivitas program masih meneruskan bentuk-bentuk kegiatan
yang telah dilaksanakan pada Kala Sumatera I, yakni: Diskusi, Lokakarya,
Pelatihan, Pergelaran karya, Evaluasi, dan Penerbitan. Kala Sumatera II adalah sebuah proyek pemberdayaan kelompok-kelompok dan seniman
teater dan LSM Perempuan di Sumatera yang digagas Teater Satu Lampung
bekerjasama dengan HIVOS, Belanda.
Secara umum proyek ini masih sama dengan
proyek sebelumnya yang terdiri atas tiga
program utama: Jaringan Teater Sumatera, Panggung Perempuan Sumatera, dan
Penerbitan Buku. Di antara program JTS II
2011/2012 ini, penulis kebetulan mengikuti materi pelatihan riset artistik
terhadap teater tradisional bersumber pada legenda. Penggalian/penelitian
legenda-legenda rakyat di Sumatera akan menjadi bahan penciptaan karya
(pergelaran karya) dengan pendekatan dan tafsir yang baru.
Materi program ini dipilih sebagai “wacana tandingan”
bagi lakon-lakon kontemporer yang berkembang di Sumatera yang makin kehilangan
isu. Selain itu, sebagai upaya untuk merawat segala sesuatu yang khas, unik,
dan membumi dari tradisi dengan sikap yang lebih kritis dan tidak kehilangan
kontekstualisasinya dengan zaman kini.
Materi ini juga dapat
mengatasi kejenuhan terhadap keterbatasan bahan pertunjukan atau terhadap lakon-lakon pertunjukan yang telah terlalu
sering dimainkan. Riset ini akan berlangsung Desember 2011 hingga Februari 2012
di masing-masing daerah di Sumatera. Namun, peserta akan memresentasekan
proposal sietnya pada 28-29 November di Bandarlampung.
Muara dari riset tersebut adalah festival atau pergelaran
teater bersumber dari legenda se-Sumatera diberi nama Festoival Legenda
se-Sumatera yang berlangsung Maret 2012 di Bandarlampung. Program ini merupakan
bentuk pergelaran karya/pementasan, namun lebih memiliki bobot tema dan wacana
spesifik berdasarkan penelitian/penggalian terhadap legenda-legenda rakyat di
Sumatera.
Mengapa teater? Pergelaran
teater merupakan ajang seniman
penggiat teater, untuk lebih
termotivasi berkarya dan mengekspresikan kemampuan seni panggung secara
profesional. Pergelaran teater
dapat menggali berbagai nilai seni dan budaya, terutama seni pentas tradisional, yang akan memperkaya
khasanah seni budaya Nusantara,
sehingga budaya Nusantara akan
menjadi tuan di rumahnya sendiri.
Selain itu, pergelaran teater juga dimaksudkan agar para
pelaku seni teater dapat
memiliki ruang yang bebas, sehingga dapat memberikan kritik dan saran
konstruktif. Para pengambil kebijakan pun diharapkan dapat menerima masukan
dari kritik dan saran yang diberikan setiap pergelaran teater.
Apabila hal tersebut dapat dilakukan,
pergelaran teater bukan saja
membawa misi sosial, ekonomi, dan politik, tetapi akan semakin penting dan
strategis dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat. Oleh karena itu, di
samping berperan untuk menggali nilai-nilai seni budaya yang kita miliki, seni teater juga dapat berperan mendorong
terwujudnya pembangunan manusia seutuhnya.
Begitulah... ***
Sumber : Harian Mimbar Umum, Sabtu 3 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar