JANGAN KIRIMKAN RESAH
jangan kirimkan resah
pada gerimis senja tadi
pada lompatan-lompatan cuaca
di antara sesayup peradaban sunyi
pada gelegar gigil malam tadi
pada hempasan-hempasan seloka
jangan tikamkan sunyi
pada diri yang menghamba
pada lorong-lorong waktu mendurja
di antara garis langit tak bermahkota
di antara mabuk berahi tak berpelangi
di antara kenduri resah dan malam berpengharapan
jangan kirimkan sunyi
sebab malam ini kita harus berpagut mimpi
jangan tikamkan resah
sebab rindu ini terus berjelaga
menikam sunyi
mendesah kesah
: ah, hampir saja vas bunga itu pecah saat kita dilanda resah.
Percut Sei Tuan, 2008-2009
LUKA
Siapa sangka laut yang beriak itu
tak terdapat ujung pangkalnya
hingga garing pun tak pernah sampai
mendasar-dasarkan lubuk biku yang
tekerlap cahya mentari pagi
Jika hari kian temaram
melihat umat yang tak
pernah berhenti dari rasa rakus
dengan membangun tembok
raksasa
sementara kuman-kuman juga tak
berhenti mengais-ngais
di balik keramahan zaman
Sungguh tak kusangka
bila ternyata jadi begini
kehendak-Nya
(aku diam,
tak bergeming)
Pulo Brayan, 2008-2009
ZAMAN, MERINDUKAN MASA SILAM
kucing kurap di atas delman
menari riang penuh hura
pujikan sukma pada pujaan
terakhir jatuh di bilik suara
nyanyian anak rindukan dendang
tetek sang ibu dalam pangkuan
terbiar saja tak ada teman
rindu dendam terbelam-belam
inilah sajakku di taman usang
tak terpikir sekarang dalam impian
apakah bisa nanti kuncup mekar beriringan
ketahuilah wahai kekasih zaman
rinduku kampung halaman
tak guna awak berharap rembulan
terseokkan kaki di abad modernan
terhempas kandas di tepi jalanan
kenapa Tuhanku menginginkan bintang beraturan
lebih baik aku berbalik ke masa silam
Sekip, 2008-2009
PETAKA
Akankah badai yang berlalu itu
sampai kepada pantainya
ketika anak panah ini
menikam jantungku.
Entah sudah begitu banyak
bidak-bidak ini kitamainkan,
namun aku tak menemukan
satu langkah mengakhiri permainanmu.
Andai petaka ini tiba jua,
akan kukalungkan untukmu
sebagai ajimat apabila negeri ini
tak terselamatkan Nuh.
Sei Kera, 2008-2009
WAYANG-WAYANG
: kpk /2/
Baru saja kemarin elite bangsaku terlibat
permainan yang patut mendebarkan jantung
Langkahnya menderap bak sepatu tentara
yang siap terjun ke medan laga
Aku mendera, di manakah peradaban yang pernah
diajarkan para guru dan waliku
Di sini hanya kulihat fatamorgana yang tidak tahu
ujung pangkalnya
: ah, betapa khusyuknya para penari berakrobat politik,
meniadakan waktu, menghempas lantai berpigura kaca
-- masih saja kulihat tanda-tanda yang suram keniscayaan
atau sesuatu yang tanpa warna tanpa rupa
Sudahlah, kita tiadakan saja angin cuaca hari ini
biar bumi ini terhindari dari wayang-wayang
yang tidak tahu apa sebenarnya terjadi pada bangsa
yang nyaris meniadakan kesaling-mengertian
: di sini aku masih saja menanti kabar dari langit
lazuardi.
Sei Kera, 2008-2009
SUYADI SAN, lahir di Medan 29 September 1970, adalah pimpinan Teater GENERASI Medan dan Ketua Komunitas Musikalisasi Puisi Indonesia (KOMPI) Sumatera Utara. Sejumlah karya puisi, cerpen, esai, dan naskah dramanya dimuat di berbagai media massa।
Sumber : Seputar Indonesia, Minggu 27 Desember 2009 halaman 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar